HEADLINE

Puisi Puisi Karya Pahlipi Putra


PUISI PUISI KARYA PAHLIPI PUTRA

CAHAYA

Urat kabut masih mengutuk gelap di teras kota berbunga
cahaya ranum menggenangkan tangis sudut mata pelosok kota seirama biola
remang kekunang menanti sunyi di padangan

Lalu bohlam cahaya kerap bermain mata dan kembali pergi
membuai sesak di dada
ranum sunyi, cepatlah pergi
lalu kembali dengan cahya sejati.

Liwa 09 April 2016



RUPA BUNGA

Tentang kau dewi anjani  matamu masih menyimpan keresahan yang mendalam
ketika bunga enggan mekar di hias cahya temaram
tertunduk
Lalu engkau kembali menghitung jumlah kelopak yang tak utuh sejak tumbuh

Melati atau mimpi?
Seketika senyum dan tatap matamu yang berlahan, adalah tirai mendung di dada. 
sekedar menutup sunyi yang terus bernyanyi.

Wahai bunga yang kusebut anjani !
walau kabut 
rembulan remang tatap setia pada semerbak wewangian malam.

Kembalilah
kembalilah bergoyang seirama angin pesisir
sebab esok mentari muda lekas mencumbui

Dan kumbang tak pernah keliru mengejar wangi dan madu.
Atau sang kupu kupu tetap bermain

Liwa 09 April 2016



TENTANG WIRA ATAU DEVA

Meski tersenyum tetapi mereka mengusik kegelisahanku
ketika buih buih kecil
dimainkan ombak, berderak, lalu hempas ke pasir pasir.

Orang orang tau apa tentang hati?
bila pertaruhan kalah menang ini sebuah rasa yang tak begitu nikmat
di pangkal lidah
hah, adakah nasib tengah beranjak pada sebuah rintik hujan
yang bertalu di perigi.

Tetapi benarkah ibu tengah melapalkan kutuk
memaksa ke dua anaknya sebentuk Malinkundang
dan ayah
blingsatan mengukur diri sendiri dalam kepulan asap tembakau.

Hai, hai, sajak ini mengalir jadi luka dan terjebak
dalam jaitan kusut
sementara waktu menggelinding di tebing, entah membentur bagian mana.

Kebun Tebu, April 2016

Tentang Penulis: Pahlipi Putra, sejumlah karyanya telah dipublikasikan di media online. Ia berharap suatu saat karya-karyanya semakin bertebaran di sejumlah media massa lokal, nasional, buku buku antologi puisi serta sejumlah situs internet. Lelaki kelahiran Baturaja-Sumatera Selatan 27 tahun silam ini tergabung dalam komunitas sastra simalaba dan terus berproses untuk menjadi penulis.


Kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata.

Tidak ada komentar