HEADLINE

Hasil Tangkapan Nelayan Menurun Drastis


Angin kencang yang hingga kini terus melanda tidak hanya mengancam keselamatan masyarakat biasa, namun juga berdampak langsung pada nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Pasalnya akibat dari hal tersebut hasil tangkapan nelayan menurun drastis hingga 70% dari hari-hari biasanya. Demikian dijelaskan Ketua Gabungan Kelompok Nelayan Krui Bersatu (GKNKB), Kamaruzzaman, ketika dikonfirmasi wartawan koran ini, Senin (14/1).

Dijelaskan, sejak sepekan terakhir nelayan di wilayah pesisir yang tergabung dalam GKNKB terus merugi dengan menurunnya hasil tangkapan. “Hasil tangkapannya turun dan hal itu memastikan bahwa nelayan kita setia hari mengalami kerugian, padahal melaut adalah penopang kebutuhan hidup,” terang Kamaruzzaman yang akrab disapa Maman ini.

Hal itu juga berdampak pada terus melonjaknya harga ikan ditingkat pasaran. Itu dikarenakan nelayan setempat tidak mampu menyediakan kebutuhan ikan ditingkat pasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat seperti biasanya. Akibatnya para penjual nekat menyuplai persediaan ikan dari pulau jawa, dengan demikian dapat dipastikan harga ikan juga ikut melonjak. “Setiap hari hasil tangkapan nelayan kita terus menurun bahkan nyaris tidak ada hasil setiap melaut, sehingga mereka tidak dapat memenuhi ikan dipasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat seperti biasanya. Untuk itu penjual pun nekat memenuhi kebutuhan ikan meski dari pulau jawa dan harganya pun naik,” lanjut Maman.

Masih kata Maman, Kini untuk ikan jenis tongkol mencapai Rp25 ribu/Kg, sementara untuk jenis blue marlin atau tuhuk mencapai Rp50 ribu/Kg, harga tersebut tidak menutup kemungkinan akan terus naik jika wilayah yang dijadikan lokasi mengambil ikan tersebut juga dilanda angin kencang. “Jika di pulau jawa juga dilanda angin kencang maka tidak menutup kemungkinan harga sekarang akan berubah terus naik,” imbuhnya.

Saat ini para nelayan memanfaatkan waktu luangnya dengan membenahi peralatan tangkap dan mencari sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup, meski untuk mencari sampingan tersebut nelayan kerap kali kesusahan dikarenakan telah terbiasa dengan aktivitas melaut. “Nelayan sekarang kebanyakan menganggur dan sebagiannya juga ada yang membenahi peralatannya,” jelas Maman.

Diperkirakan angin kencang akan terus terjadi hingga Maret mendatang. Artinya sebanyak 2500 nelayan yang tergabung dalam GKNKB bakal terus mengalami kerugian dengan tempo yang cukup panjang. Untuk Maman, berharap agar pemkab yang dalam hal itu melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dapat memberikan bantuan kepada para nelayan tersebut. “Tahun sebelumnya nelayan-nelayan kita menerima bantuan, dan kami sangat berharap agar kini mereka dapat kembali merasakan bantuan tersebut,” tandas Maman. (nov)

Tidak ada komentar