HEADLINE

Mencari Solusi Penanganan Karsing

Krui Selatan, WL-Musim rumput laut di perairan pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat sekitar lima bulan lalu, sebetulnya ada beberapa hal yang dapat disarikan. Di antaranya bahwa musim tersebut tidak selamanya ada, mungkin hanya akan booming sekali atau sekitar sebulan dalam satu tahun. Dan setiap tahun juga belum pasti akan ada musim. Meski begitu ketersediaan rumput laut tersebut ada setiap hari walaupun jumlahnya tidak sebanyak ketika musim.

Kemudian, soal harga jual yang selalu berfluktuatif dan cenderung murah, tentu juga harus direspons dan dicermati para pihak terkait agar dapat distabilkan serta ditampung melalui wadah yang disiapkan pemerintah. Sehingga petani atau nelayan dan pedagang pengumpulnya tak lagi kesulitan menjualnya. “Seperti pada musim karsing lima bulan lalu, kami kesulitan menjualnya, dalam artian harga jualnya jauh dari yang kami harapkan. Sangat murah,” ujar M. Razi, petani setempat, Selasa (7/2).

Warga Pekon Lintik Krui Selatan, misalnya, rata-rata mampu mengumpulkan 40Kg karsing—sejenis rumput laut—kering seharga Rp1.500/Kg setiap hari ketika musim. Produk karsing hanya bisa diambil atau dipanen dari pantai ketika air laut surut. Sebab, karsing ini tumbuh di atas hamparan karang laut. Bahkan kabar terakhir harganya kini hanya Rp800/Kg saja.

Gulma laut atau rumput laut, atau istilah lokal masyarakat Krui ada yang menyebutnya karsing, merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah rumput laut adalah rancu secara botani karena dipakai untuk dua kelompok tumbuhan yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut maupun lamun.

Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang). Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati.

Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, gulma laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak.

Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten, misalnya, gulma laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Mislnya Euchema cottonii dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya gulma laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Secara botani, yang dimaksud sebagai rumput laut adalah lamun, sekelompok tumbuhan sejati anggota kelompok monokotil yang telah beradaptasi dengan air laut, bahkan tergantung pada lingkungan ini. Lamun kurang berarti secara ekonomi bagi manusia, tetapi padang lamun menjadi tempat hidup yang disukai berbagai penghuni perairan laut dangkal di daerah tropika. (aga)


terbit 08 Februari 2012

Tidak ada komentar