HEADLINE

Editorial - 27 September 2011

Jumlah kecamatan di Kabupaten Lampung Barat bertambah delapan, enam di sekitar Liwa dan dua di wilayah pesisir, tahun 2010 lalu. Artinya terdapat kecamatan dan camat baru berikut aparaturnya. Karena baru, semuanya serbaminim, bahkan tidak adanya fasilitas, seperti kantor dan sarana penunjang lainnya. Seharusnya, keadaan baru itu dijadikan sebagai pijakan dasar bagi pejabat dan pegawai yang ditempatkan, dalam hal ini camat termasuk aparaturnya, untuk menjadikan kecamatan itu tumbuh, berkembang, dan maju sejajar dengan kecamatan lainnya.

Jangan sampai, kondisi serbaminim tersebut justru menjadi alasan untuk tidak bekerja, yang tentu akhirnya juga tidak produktif. Namanya juga baru. Jadi, soal tempat bekerja atau kantor yang belum ada atau masih menumpang, itu lumrah. Akan tetapi, tentu sangat tidak tepat kalau keterbatasan tersebut menjadi alasan untuk tidak bekerja. Pada posisi sulit dalam keterbatasan seperti itu, sebetulnya kepiawaian seorang  pemimpin (camat) diuji. Apakah yang bersangkutan mampu menjalaninya dengan tetap bersemangat dan produktif, ataukah justru sebaliknya, menjadi malas dan mandul. Jika pengertian terakhir yang terjadi, tentu ini tidak sejalan dengan hakekat pemekaran itu sendiri.

Dimana dengan pemekaran diharapkan akan memudahkan pelayanan dan mendekatkan rentang kendali pemerintahan, bukan membebani. Lebih diutamakan adalah kekompakan yang diciptakan di internal kecamatan dan pekon itu sendiri. Artinya antaraparatur atau pejabat yang ada harus kompak. Sebab, selama ini dikabarkan terjadi inharmonisasi antarpejabat tersebut: camat versus sekcamnya, peratin dengan jurutulis dan aparatur lainnya. Jika tengara ini benar, tentu menjadi sesuatu yang mengganjal bagi regulasi pemerintahan
kecamatan dan pekon dimaksud. Berharap, fenomena yang mengemuka hanya kabar burung. Dan, kekompakan sesunguhnya sama sekali tak ternodai oleh vested interest pejabat atau aparatur yang ada.

Contoh yang paling kongkret, menjelang perayaan 17-an lalu dan peringatan 20 tahun Lambar, beberapa kecamatan hasil pemekaran mampu menunjukkan eksistensinya meski baru seumur jagung. Misalnya dengan menggelar pertandingan olahraga antarpekon. Sebaliknya, pegawai beberapa kecamatan malah dikabarkan sering tidak menjalankan tugas kedinasan, terbukti dengan lowongnya ruangan pada jam kerja. (*)

Tidak ada komentar