HEADLINE

Calon Nama Bandara Krui Bermunculan

Pesisir Tengah, WL  - Wacana pemberian nama Bandar Udara (bandara) Serai Krui Kabupaten Lampung
Barat (Lambar) yang telah diujicobakan penerbangan perdananya dengan sukses, Rabu (28/9), direspons berbagai pihak. Ulul Azmi Soltiansyah, S.H., menggarisbawahi nama mendiang mantan bupati Lambar 2002-2007 Ir. H. Erwin Nizar Tarmizi, M.Si. tepat diabadikan untuk mengenang jasa perjuangannya.

“Secara pribadi saya mengusulkan nama Erwin Nizar untuk diabadikan menjadi nama Bandara Krui. Sebab, sejak awal dialah yang mempunyai gagasan emas itu. Kemudian pada perjalanan selanjutnya, dia pula yang memperjuangkan terwujudnya bandara itu. Saya kira tepat dan tidak berlebihan kalau nama beliau (Erwin Nizar) diusulkan menjadi nama Bandara Krui,” ujar Ulul yang juga anggota DPRD Lambar tersebut, Rabu (28/9).

Sementara itu, masih terkait wacana pemberian nama bandara, adalah Kausar Mas, S.H., yang memaparkan fakta historis yang diketahuinya tentang cikal bakal bandara. Memulai ungkapan bukti sejarah versi Kausar, sekitar tahun ’60-an, seorang deputi—pembantu bupati ketika itu bernama Barlian gelar Pangeran Jaya di Lampung yang berasal dari Pekon Kenali Belalau dan tinggal di Krui, dialah sesungguhnya yang mengusung ide brillian tersebut.

Barlian—dengan jabatan terakhir menjadi ketua salah satu komisi di DPRD Lampung—dalam sejarah tersebut merupakan salah satu orang pertama yang menggagas calon Kabupaten Pesisir Barat (KPB), namun karena suatu hal gagasan itu gagal di tengah jalan. Namun yang perlu di-blow up, adalah pada masa pemerintahan Barlian pula, tata ruang perkantoran KPB berada di Labuhanjukung—dulu bernama Kebun Kinseng yang kemudian dibeli CV. Kebangsaan (KBS). Pada waktu itu di dalam rencana tata ruang tersebut, tandas Kausar, lapangan terbang berada di Pemangku Tabak Pekon Biha Pesisir Selatan.

“Jadi, sebetulnya wacana pembangunan bandara atau lapter telah dimunculkan sejak tahun ’60-an. Pertimbangannya kenapa di Tabak, karena di sekitar lokasi tanahnya relatif datar, jadi tidak perlu meratakan gundukan tanah atau bukit terlebih dahulu. Sebab, zaman itu alat berat belum terlalu banyak, masih sulit. Kemudian, di penghujung tahun ’60-an Barlian hijrah ke Liwa dan menempati Wisma Sindalapai sebagai  kantor pemerintahannya.”

Lanjut kausar lagi, di lokasi lapter yang digagas Barlian ketika itu terdapat tulisan “Lapter Barlian”. Tulisan tersebut masih ada sampai akhir tahun 70-an. “Karena itu, kalau ditanya sama orang-orang tua yang hidup
sekitar tahun itu sampai sekarang, pasti masih ingat lokasi Lapter Barlian. Sampai saat ini, dokumen tata ruang keberadaan lapter dan lokasi perkantoran KPB masih tersimpan rapi di Lamban Gedung Marga Waysindi,” pungaks Kausar.

Sekadar diketahui, Bandara Krui yang belum memiliki nama yang dipatenkan—berlokasi di Pekon Serai Kecamatan Pesisir Tengah—sukses diujicobakan ditandai terbang perdana menggunakan pesawat cassa berkapasitas 12 penumpang milik maskapai penerbangan Susi Air, Rabu (28/9).

Seiring pengoperasian terbang perdana tersebut, beberapa tokoh pesisir mengusulkan pemberian nama bandara dimaksud. Seperti disampaikan H. Achmad Bangsawan Baskara, S.H., M.H.—widya iswara di Kejagung, nama almarhum Anwar Yahya—mantan camat pertama Pesisir Tengah—layak dipertimbangkan masuk bursa calon nama bandara tersebut.

Calon nama lainnya adalah mendiang mantan Bupati Lambar 2002-2007, Ir. H. Erwin Nizar T., M.Si. yang diusulkan tokoh masyarakat Krui, M. Shufi Nu’man Affif. Sebab menurutnya, mendiang Erwin Nizar adalah penggagas dibangunnya bandara tersebut ke Pemerintah Pusat dan kemudian direspons positif oleh Presiden SBY.

Dikatakan, salah satu alasan dibangunnya bandara adalah mengentaskan semua marine product (hasil laut)  pesisir, termasuk juga memfasilitasi pelancong yang berkunjung ke pesisir, serta sebagai media transit jalur evakuasi ketika terjadi bencana tsunami. (aga)

Kamis, 29 September 2011

Tidak ada komentar