Puluhan Hektare Sawah Kekurangan Air
Jum'at, 16 September 2011
Lumbokseminung, WL - Sejak musim terjadinya kemarau berkepanjangan puluhan hektare sawah yang ada di Pekon Kagungan Kecamatan Lumbokseminung Kabupaten Lampung Barat (Lambar), mengalami kekeringan akibat sumber air yang selama ini dipergunakan tidak mengalir kembali.
Hasan Paizi, warga setempat, Kamis (15/9) mengatakan puluhan haktare sawah yang menjadi andalan warga setempat saat ini mengalami kekeringan, akibat sumber air yang selama ini dipergunakan tidak mengalir hingg ke persawahan.
Dilihat dari sumber air tesebut hingga saat ini masih mengalir tetapi habis tersedot tanah karena irigasi yang ada buatan warga yang memiliki sawah.
Selama ini petani pernah berusaha untuk memperbaiki sumber air yang ada tetapi belum juga berhasil, selain warga tidak memiliki modal untuk membangun irigasi permanen juga terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di pekon tersebut.
Akibatnya, petani padi terpaksa menanam sekali setahun, kalau pun ada petani yang melakukan penanaman sumber air yang digunakan bersumber dari danau ranau, dengan cara disedot hal tersebut tidak lah mungkin dilakukan oleh seluruh petani yang ada, karena sekali menyedot air petani harus mengeluarkan dana tidak kurang Rp7.000. Kalau hendak menanam padi biasanya petani harus menunggu musim penghujan terlebuh dahulu. “Kami sangat mengharapkan Pemda bisa membantu petani mengatasi kurangnya air,” pungkasnya. (rom)
Lumbokseminung, WL - Sejak musim terjadinya kemarau berkepanjangan puluhan hektare sawah yang ada di Pekon Kagungan Kecamatan Lumbokseminung Kabupaten Lampung Barat (Lambar), mengalami kekeringan akibat sumber air yang selama ini dipergunakan tidak mengalir kembali.
Hasan Paizi, warga setempat, Kamis (15/9) mengatakan puluhan haktare sawah yang menjadi andalan warga setempat saat ini mengalami kekeringan, akibat sumber air yang selama ini dipergunakan tidak mengalir hingg ke persawahan.
Dilihat dari sumber air tesebut hingga saat ini masih mengalir tetapi habis tersedot tanah karena irigasi yang ada buatan warga yang memiliki sawah.
Selama ini petani pernah berusaha untuk memperbaiki sumber air yang ada tetapi belum juga berhasil, selain warga tidak memiliki modal untuk membangun irigasi permanen juga terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di pekon tersebut.
Akibatnya, petani padi terpaksa menanam sekali setahun, kalau pun ada petani yang melakukan penanaman sumber air yang digunakan bersumber dari danau ranau, dengan cara disedot hal tersebut tidak lah mungkin dilakukan oleh seluruh petani yang ada, karena sekali menyedot air petani harus mengeluarkan dana tidak kurang Rp7.000. Kalau hendak menanam padi biasanya petani harus menunggu musim penghujan terlebuh dahulu. “Kami sangat mengharapkan Pemda bisa membantu petani mengatasi kurangnya air,” pungkasnya. (rom)
Tidak ada komentar