HEADLINE

Trip Serang Tanaman Kates Hibrida

Balikbukit, WL - Sekitar 3Ha atau hampir 5.000 batang tanaman kates jenis hibrida di Rantaubaru Pekon Sukarame Kecamatan Balikbukit Kabupaten Lampung Barat (Lambar) terserang trip—sejenis jamur yang menyerang putik atau buah sehingga berpenguruh pada volume produksi.

Petugas dari dinas terkait pun telah melakukan penelitian sekaligus mencari upaya penanggulangan agar tak menyebar ke tanaman lain, sehingga mutu dan produksi tetap terjaga. “Petugas kita sudah bekerja mengupayakan solusinya,” ujar Kadis Pertanian Ir. Noviardi Kuswan, Senin (20/6).

Dikatakan Noviardi, daerah Rantaubaru merupakan salah satu titik pengembangan kates jenis hibrida dengan orientasi ekspor (kemasan kaleng) setelah di Gunungterang dan Sekincau yang telah mulai berproduksi. Di kedua  lokasi tersebut, ujar Noviardi, sama sekali tak terserang trip.

Lanjut dia, Lambar sendiri sejak setahun terakhir telah menjadi salah satu pemasok kebutuhan kates untuk keperluan makanan kalengan mengisi kebutuhan Humas Jaya. Kini, buah tersebut dihargakan Rp500/Kg di kebun. “Sebetulnya kita (pemerintah) hanya memfasilitasi petani dengan pembeli (Humas Jaya) agar produksi yang ada tertampung dan terbeli. Tidak membusuk,” imbuh Noviardi.

Sementara itu masih soal pertanian sawah, di areal Atar Panjang Pekon Lintik Kecamatan Krui Selatan yang bergantung dengan air hujan (tadah hujan), kini mulai mengering setelah kemarau dua pekan terakhir. Kini, puluhan hektare lahan tersebut terlantar meski telah dibajak. Dan petani tetap menunggu hujan turun untuk dapat mengoahnya kembali.

Atas masalah yang dihadapi Kelompok Tani Sukamaju diketuai Isa Ansori tersebut, dianjurkan Noviardi disampaikan proposal bantuan pembuatan sumur pantek. “Untuk pengairan lahan basah sebetulnya sumur pantek kurang efektif. Yang lebih tepat untuk lahan kering horti dan palawija. Tapi ajukan saja usulannya akan kita fasilitasi ke pusat,” katanya.

Sementara itu di Kecamatan Waytenong dinas itu juga terus mewaspadai kemungkinan serangan hama ulat gerayak di areal pertanian di daerah tersebut menyusul hal serupa yang terjadi di Pekon Mutaralam, akhir Maret silam.

Sebelumnya dikabarkan sekitar 75Ha areal persawahan terserang hama ulat gerayak sehingga membuat dinas tersebut melokalisir area serangan agar tidak meluas. Petani juga diberi penyuluhan dan bantuan pestisida agar langkah penanggulangan yang diberikan tepat sasaran.

“Langkah antisipatif ini kita lakukan untuk menunjukkan respons kita atas laporan petani sebagai upaya preventif. Kita juga telah menerjunkan petugas ke lapangan dengan melibatkan petani secara langsung dan memberikan bantuan obat-obatan pengendali hama tersebut,” pungkas Noviardi. aga

Tidak ada komentar